![]() |
http://www.kajianteori.com/wp-content/uploads/2014/02/.jpg |
Berpikir kritis
didefinisikan sebagai aktivitas disiplin mental untuk berfikir reflektif dan
masuk akal untuk mengevaluasi argumen atau proposisi untuk mengambil keputusan
apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Tidak seperti intelegensi lainnya,
berpikir kritis dapat diperbaiki dan dikembangkan, serta tidak tergantung pada umur. Berpikir kritis juga merupakan
suatu kemampuan kognitif dan strategi yang meningkatkan kemungkinan hasil yang
diharapkan, berpikir yang bertujuan, beralasan, dan berorientasi pada sasaran.
Pemikiran ini mencakup pemecahan masalah, memformulasikan kesimpulan,
menghitung kemungkinan, dan membuat keputusan. Para psikolog
mengkonseptualisasikan berpikir kritis sebagai keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan memfokuskan pada proses pembelajaran dan instruksi yang sesuai.
Pedagogi kritis menekankan pada kewarganegaraan yang kritis dan demokratis
serta pentingnya pengembangan nilai.
Berpikir kritis
tersusun atas kecenderungan perilaku (seperti rasa ingin tahu dan pemikiran terbuka) dan keterampilan kognitif
(seperti analisis, inferensi, dan evaluasi. Kecenderungan perilaku untuk
berpikir kritis nampak tidak berubah,
paling tidak selama jangka pendek tertentu. Akan tetapi peningkatan kemampuan
berpikirkritis secara signifikandapat terjadi setidaknya selama sembilan minggu.
Manfaat akademik dan personal aktivitas berpikir kritis sangat jelas, siswa
cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik, memiliki penalaran personal yang
lebih baik, dan diperkerjakan dengan
baik.
Seseorang yang
berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan- permasalahan yang
penting dengan baik. akan berpikir secara jelas dan tepat. Berpikir kritis
tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan
memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir
kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara
memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber
informasi yang relevan untuk dirinya. Selain itu, dapat menggunakan ide yang
abstrak untuk bisa membuat model
penyelesaian masalah secara efektif. Beberapa kriteria yang dapat kita
jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity),
tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision), relevansi (relevance),
logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth),
kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information)
dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).
Ciri-ciri berpikir kritis:
1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas,
dan relevan terhadap kondisi yang ada.
2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi,
implikasi, dan konsekuensi yang logis.
3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu
masalah yang kompleks. Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi
yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini
tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode penyelesaian masalah serta komitmen untuk
mengubah paradigm egosentris dan sosiosentris kita.
Karakteristik
lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer secara lengkap
dalam buku Critical Thinking, yaitu:
A. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis
mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek
terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian,
mencari pandangan-pandangan lain yang
berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.
B. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria
atau patokan. Untuk sampai ke arah sana
maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah
argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai
kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan
kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika
yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
C. Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi
oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.
D. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu
atau beberapa premis. Prosesnya akan
meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
E. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia
ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan
kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
F. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying
criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan
prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan
keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Universal
inlellectual standars adalah standardisasi yang harus diaplikasikan dalam
berpikir yang digunakan untuk mengecek kualitas pemikiran dalam merumuskan
permasalahan, isu-isu, atau situasi-situasi tertentu. Berpikir kritis harus selalu
mengacu dan berdasar kepada standar tersebut (Eider dan Paul, 2001: 1). Berikut
ini akan dijelaskan aspek-aspek tersebut.
A. Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan
yang rumit dirinci sampai tuntas?” ; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu
dengan cara yang lain?” ; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”.
Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan
tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau
relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan
dapat berbicara apapun, sebab kita tidak
memahami pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus
dikerjakan pendidik dalam sistem
pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus
memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas,
pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik
untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai
keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil
dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?”.
B. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat
ditelusuri melalui pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan?”;
“Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”; “Bagaimana menemukan kebenaran
tersebut?” Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam
penyataan berikut, “Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon”.
C. Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang
sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek
ketepatan sebuah pernyataan. “Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat
terurai?”; “Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan
dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya
“Aming sangat berat” (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon
atau 500 pon!)
D. Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang
dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran
keterkaitan dapat diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut: “Bagaimana menghubungkan pernyataan
atau respon dengan pertanyaan?”;
“Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang
permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi
tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa
yang harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana
pun usaha tidak dapat mengukur kualitas
belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan
ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.
F. Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan
pertanyaan berikut ini. “Apakah
pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?”; “Apakah memerlukan tinjauan atau
teori lain dalam merespon pernyataan
yang dirumuskan?”; “Menurut pandangan..”; “Seperti apakah pernyataan tersebut menurut…” Pernyataan yang
diungkapkan dapat memenuhi persyaratan
kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup
luas. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut
pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan
yang diajukan.
G. Logic (logika)
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: “Apakah pengertian
telah disusun dengan konsep yang benar?”; “Apakah pernyataan yang diungkapkan
mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang
dikatakan dan sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya?”. Ketika
kita berpikir, kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain.
Ketika kita berpikir dengan berbagai
kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung perumusan pernyataan
dengan benar, maka kita berpikir logis.
Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling
mendukung atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.
Perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis:
1. Pemikir kritis
- Cepat mengidentifikasi informasi yang relevan,
memisahkannya dari informasi yang irelevan.
- Dapat memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi
masalah atau mengambil keputusan, dan jika perlu mencari informasi tambahan
yang relevan.
2. Bukan pemikir kritis
- Mengumpulkan fakta dan informasi,
memandang semua informasi sama pentingnya
- Tidak melihat, menangkap, maupun
memikirkan masalah inti.
Mengapa berfikir kritis?
- Berpikir kritis memungkinkan anda memanfaatkan potensi
anda dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari
diri.
Mengapa Berpikir Kritis Penting, Sehingga Perlu Dipelajari?
- Berpikir kritis
merupakan keterampilan universal. Kemampuan
berpikir jernih dan rasional diperlukan pada pekerjaan apapun, ketika mempelajari
bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun, jadi merupakan aset berharga bagi karir
seorang.
- Berpikir kritis sangat
penting di abad ke 21. Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi.
Seorang harus merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan
keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan
mengintegrasikan berbagai sumber
pengetahuan untuk memecahkan masalah.
- Berpikir kritis
meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Berpikir jernih dan
sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan gagasan, berguna dalam
mempelajari cara menganalisis struktur teks dengan logis, meningkatkan
kemampuan untuk memahami.
- Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk
menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya perlu gagasan
baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna dan relevan dengan tugas yang harus
diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru, memilih yang
terbaik, dan memodifikasi bisa perlu.
- Berpikir kritis
penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur kehidupan sehingga
hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk
mencari kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri. Berpikir
kritis merupakan meta-thinking skill,
ketrampilan untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan
keputusan yang diambil, lalu dalam konteks membuat hidup lebih berarti
melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil refleksi itu ke dalam
kehidupan sehari-hari.
https://tugasdelila.blogspot.com/2014/12/berfikir-kritis.html?showComment=1579227098798#c7080304500035125142
BalasHapushttps://www.uma.ac.id/berita/diskusi-ilmiah-bagi-para-dosen-di-lingkungan-universitas-medan-area-dengan-tema-critical-thinking
BalasHapus