Quotes

"Kunci kebahagiaan kita bukanlah pada peristiwa dan kejadian yang kita alami tetapi pada jendela yang kita gunakan untuk melihat dunia"
-Arvan Pradiansyah-

Jumat, 24 Oktober 2014

Critical Thinking (Berpikir Kritis)

Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis
http://www.kajianteori.com/wp-content/uploads/2014/02/.jpg

Berpikir kritis didefinisikan sebagai aktivitas disiplin mental untuk berfikir reflektif dan masuk akal untuk mengevaluasi argumen atau proposisi untuk mengambil keputusan apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Tidak seperti intelegensi lainnya, berpikir kritis dapat diperbaiki dan dikembangkan, serta tidak tergantung  pada umur. Berpikir kritis juga merupakan suatu kemampuan kognitif dan strategi yang meningkatkan kemungkinan hasil yang diharapkan, berpikir yang bertujuan, beralasan, dan berorientasi pada sasaran. Pemikiran ini mencakup pemecahan masalah, memformulasikan kesimpulan, menghitung kemungkinan, dan membuat keputusan. Para psikolog mengkonseptualisasikan berpikir kritis sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memfokuskan pada proses pembelajaran dan instruksi yang sesuai. Pedagogi kritis menekankan pada kewarganegaraan yang kritis dan demokratis serta pentingnya  pengembangan nilai.

Berpikir kritis tersusun atas kecenderungan perilaku (seperti rasa ingin tahu dan  pemikiran terbuka) dan keterampilan kognitif (seperti analisis, inferensi, dan evaluasi. Kecenderungan perilaku untuk berpikir kritis nampak tidak  berubah, paling tidak selama jangka pendek tertentu. Akan tetapi peningkatan kemampuan berpikirkritis secara signifikandapat terjadi setidaknya selama sembilan minggu. Manfaat akademik dan personal aktivitas berpikir kritis sangat jelas, siswa cenderung mendapatkan hasil yang lebih baik, memiliki penalaran personal yang lebih  baik, dan diperkerjakan dengan baik.

Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan- permasalahan yang penting dengan baik. akan berpikir secara jelas dan tepat. Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah, and mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk dirinya. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model  penyelesaian masalah secara efektif. Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan standar dalam proses berpikir kritis ini adalah kejelasan (clarity), tingkat akurasi (accuracy), tingkat kepresisian (precision), relevansi (relevance), logika berpikir yang digunakan (logic), keluasan sudut pandang (breadth), kedalaman berpikir (depth), kejujuran (honesty), kelengkapan informasi (information) dan bagaimana implikasi dari solusi yang kita kemukakan (implication).

Ciri-ciri berpikir kritis:

1. Mampu membuat simpulan dan solusi yang akurat, jelas, dan relevan terhadap kondisi yang ada.

2. Berpikir terbuka dengan sistematis dan mempunyai asumsi, implikasi, dan konsekuensi yang logis.

3. Berkomunikasi secara efektif dalam menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Berpikir kritis merupakan cara untuk membuat pribadi yang terarah, disiplin, terkontrol, dan korektif terhadap diri sendiri. Hal ini tentu saja membutuhkan kemampuan komunikasi efektif dan metode  penyelesaian masalah serta komitmen untuk mengubah paradigm egosentris dan sosiosentris kita.


Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:

A. Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang  berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. 

B. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau  patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,  berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.

C. Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan  pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

D. Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau  beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

E. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut  pandang yang berbeda.

F. Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria)
Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi  perkiraan-perkiraan.


Universal inlellectual standars adalah standardisasi yang harus diaplikasikan dalam berpikir yang digunakan untuk mengecek kualitas pemikiran dalam merumuskan permasalahan, isu-isu, atau situasi-situasi tertentu. Berpikir kritis harus selalu mengacu dan berdasar kepada standar tersebut (Eider dan Paul, 2001: 1). Berikut ini akan dijelaskan aspek-aspek tersebut.

A. Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan: “Dapatkah permasalahan yang rumit dirinci sampai tuntas?” ; “Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang lain?” ; “Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!”.
Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian, maka kita tidak akan dapat  berbicara apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: “Apa yang harus dikerjakan  pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?” Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, “Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?”.

B. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui pertanyaan: “Apakah pernyataan itu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan?”; “Bagaimana cara mengecek kebenarannya?”; “Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?” Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan berikut, “Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon”.



C. Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan sebuah pernyataan. “Apakah pernyataan yang diungkapkan sudah sangat terurai?”; “Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?”. Sebuah pernyataan dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak tepat, misalnya “Aming sangat berat” (kita tidak mengetahui berapa berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)

D. Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan. Penelusuran keterkaitan dapat diungkap dengan mengajukan pertanyaan  berikut: “Bagaimana menghubungkan pernyataan atau respon dengan  pertanyaan?”; “Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang  permasalahan?”. Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi tidak relevan dengan permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa yang harus dilakukan dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat mengukur kualitas  belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak relevan dengan ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.

F. Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan  berikut ini. “Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut  pandang?”; “Apakah memerlukan tinjauan atau teori lain dalam merespon  pernyataan yang dirumuskan?”; “Menurut pandangan..”; “Seperti apakah  pernyataan tersebut menurut…” Pernyataan yang diungkapkan dapat  memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen menurut pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam pertanyaan yang diajukan.

G. Logic (logika)
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: “Apakah pengertian telah disusun dengan konsep yang benar?”; “Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut benar adanya?”. Ketika kita berpikir, kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran satu sama lain. Ketika kita  berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling menunjang dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita  berpikir logis. Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain tidak saling mendukung atau bertolak belakang, maka hal tersebut tidak logis.

Perbedaan antara pemikir kritis dan bukan pemikir kritis:

1. Pemikir kritis
- Cepat mengidentifikasi informasi yang relevan, memisahkannya dari informasi yang irelevan.
- Dapat memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi masalah atau mengambil keputusan, dan jika perlu mencari informasi tambahan yang relevan.

2. Bukan pemikir kritis
- Mengumpulkan fakta dan informasi, memandang semua informasi sama pentingnya
- Tidak melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah inti.

Mengapa berfikir kritis?
- Berpikir kritis memungkinkan anda memanfaatkan potensi anda dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan menyadari diri.

Mengapa Berpikir Kritis Penting, Sehingga Perlu Dipelajari?
- Berpikir kritis merupakan keterampilan universal. Kemampuan  berpikir jernih dan rasional diperlukan pada pekerjaan apapun, ketika mempelajari bidang ilmu apapun, untuk memecahkan masalah apapun,  jadi merupakan aset berharga bagi karir seorang.
- Berpikir kritis sangat penting di abad ke 21. Abad ke 21 merupakan era informasi dan teknologi. Seorang harus merespons perubahan dengan cepat dan efektif, sehingga memerlukan keterampilan intelektual yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasikan  berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah.
- Berpikir kritis meningkatkan keterampilan verbal dan analitik. Berpikir jernih dan sistematis dapat meningkatkan cara mengekspresikan gagasan, berguna dalam mempelajari cara menganalisis struktur teks dengan logis, meningkatkan kemampuan untuk memahami.
- Berpikir kritis meningkatkan kreativitas. Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya perlu gagasan baru, tetapi gagasan baru itu harus berguna dan relevan dengan tugas yang harus diselesaikan. Berpikir kritis berguna untuk mengevaluasi ide baru, memilih yang terbaik, dan memodifikasi bisa perlu.
- Berpikir kritis penting untuk refleksi diri. Untuk memberi struktur kehidupan sehingga hidup menjadi lebih berarti (meaningful life), maka diperlukan kemampuan untuk mencari kebenaran dan merefleksikan nilai dan keputusan diri sendiri. Berpikir kritis merupakan meta-thinking skill, ketrampilan untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap nilai dan keputusan yang diambil, lalu dalam konteks membuat hidup lebih berarti melakukan upaya sadar untuk menginternalisasi hasil refleksi itu ke dalam kehidupan sehari-hari.

2 komentar:

  1. https://tugasdelila.blogspot.com/2014/12/berfikir-kritis.html?showComment=1579227098798#c7080304500035125142

    BalasHapus
  2. https://www.uma.ac.id/berita/diskusi-ilmiah-bagi-para-dosen-di-lingkungan-universitas-medan-area-dengan-tema-critical-thinking

    BalasHapus