![]() |
http://print.kompas.com/getattachment/732c2176-1df2-4c49-9474-abe732818ce6/
|
Pada suatu siang di bulan Juli 2012 sulit dilupakan Emul. Kayu bakar sudah dilemparkan beberapa orang ke rumahnya di Desa Rajadatu, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sepercik kecil api cukup untuk membakar rumahnya. Itu menggenapi ancaman yang kerap datang kepadanya.
Pemicunya adalah penolakan warga terkait rencana dia membuat peternakan ayam petelur. Warga termakan hasutan sebagian orang yang mengatakan, kandang ayam menimbulkan polusi bau dan penyakit.
Namun, Emul tak gentar. Dalam beberapa kali pendekatan terhadap warga, dia memastikan kandang akan rutin dibersihkan dari kotoran ayam. Sebagian kotoran itu akan dia gunakan untuk pupuk tanaman jagung. Sementara jagung menjadi salah satu makanan ayam.
Dia juga memaparkan, peternakan ayam tak sekadar mencari untung pribadi. Kecamatan Cineam dia pilih karena di kawasan ini banyak lahan telantar. Selain itu, minimnya mata pencarian yang layak juga membuat banyak pemuda merantau ke kota meskipun tak punya bekal keahlian.
Tekad kuat Emul itu berbuah hasil delapan bulan kemudian. Warga memberinya kesempatan. Bersama rekan-rekan dalam komunitas wirausaha Sukapura Inc, dia membangun kandang ayam petelur berukuran 25 meter x 50 meter. Jagung ditanam di lahan telantar seluas 4 hektar. Belakangan, ikan lele dan ikan koi pun dipelihara.
Emul tak lupa janjinya. Warga diajaknya terlibat dalam usaha ini, mulai dari pembangunan kandang hingga transfer ilmu cara memelihara ayam yang baik. Pengetahuan itu dia dapat selama enam tahun bekerja pada perusahaan susu nasional sebagai konsultan nutrisi. Pengalaman itu membuat Emul leluasa berbicara tentang pentingnya kesehatan kandang.
Walaupun banyak rintangan yang di hadapi serta besarnya kerugian, Emul tetap tidak putus usaha. Sampai usahanya terus berkembang dari 800 ayam bisa dihasilkan sekitar 40 kilogram telur per hari. Keberhasilannya mulai menarik minat warga. Tak sedikit dari mereka yang dulu menentang niatnya, lalu berbesar hati belajar memelihara ayam. Emul pun menyambut mereka. Untuk menghemat modal, ia mempersilakan warga menggunakan kandang bersama. Petani penanam jagung pun dijamin hasil panennya akan dibeli. ”Kini, sedikitnya 200 orang terlibat dalam memelihara ayam dan menanam jagung. Penghasilan mereka rata-rata Rp 1,5 juta per bulan atau dua kali lipat daripada sebelunnya,” katanya.
Emul Mulyadi
♦ Lahir: Ciamis, Jawa Barat, 13 Januari 1981
♦ Pendidikan: SMAN 3 Tasikmalaya, Jawa Barat, lulus 2001
Sumber : Harian Kompas
Penulis Artikel : Cornelius Helmy
Oleh : Renanda Farah Diba Saqinah (1801444596)
Emul adalah sosok yang tidak mudah putus asa walaupun banyak tantangan dalam melakukan usahanya, dia berusaha agar usahanya tetap maju dan mendapat hasil yang memuaskan.
BalasHapus